Penulis : Ustadzah Mira Lovika, A. Md
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Apakah pencapaian itu identik dengan prestasi? Sebagian besar dari kita akan menjawabnya dengan kata “ya”. Kemudian timbul satu pertanyaan lagi, apakah prestasi itu adalah mendapat juara atau piala? Supaya tidak bingung, yuk kita kupas makna sebenarnya dari sebuah pencapaian dan prestasi.
Masih ingatkah kita dengan kata “ranking”? Dunia Pendidikan di masa lalu menggunakan kata ranking dalam memberikan predikat pencapaian dalam hasil belajar siswa atau kata juara pada berbagai perlombaan. Rangking pertama atau juara 1 dianggap sebagai pencapaian terbaik dalam catatan seorang siswa. Rasanya bangga sekali jika anak-anak mendapatkan rangking atau juara. Akibatnya ada beberapa siswa yang kecewa bahkan sampai depresi ketika tidak mendapat juara. Jika ditilik lebih jauh, rasa kecewa dan depresi ini merupakan akibat dari keinginan atau tuntutan orangtua yang ingin anaknya dapat rangking atau juara. Tidak sedikit anak yang merasakan kemarahan dan sederet kata-kata kekecewaan dari orang tuanya. Hal ini tidak lain dipicu oleh kesalahpahaman dalam memaknai arti pencapaian atau prestasi.
Mungkin beberapa orang memandang bahwa orang tua yang menyalurkan “kebisaan” seorang anak dengan kata orang tua yang perfeksionis. Orang tua yang menginginkan kesempurnaan dan kemudian diaplikasikan dalam mendidik anaknya. Cenderung terlihat sebagai orang tua yang “keras” dalam mendidik anaknya. Namun, jika kita sudah paham dengan makna sebuah pencapaian, tentu pola pikir yang seperti itu akan sedikit demi sedikit terkikis.
Makna sebuah pencapaian adalah kerja keras, perjuangan berkelanjutan dan usaha maksimal untuk menggapai hal terbaik. Pencapaian dan prestasi bukanlah tentang hasil akhir, namun tentang proses yang dilalui untuk meraihnya. Bukankah Allah juga melihat proses dalam diri seseorang Ketika berusaha menjadi hamba yang lebih baik? Hasil akhir adalah hak Allah, sedangkan tugas kita adalah berusaha dengan usaha yang sebaik-baiknya. Ketika kita bisa melaju dengan kecepatan penuh, kenapa kita harus bertahan dengan kecepatan biasa. Ibarat batu yang terkena tetesan air, lama kelamaan batu yang keras itu mempunyai ceruk. Tidak ada paksaan, hanya ketekunan dan kesabaran serta kegigihan dalam mencapai keinginan dan harapan. Pencapaian itu bukan tentang perfeksionis tetapi lebih kepada memberikan usaha terbaik untuk hasil yang lebih baik.
Yayasan Perguruan Birrul Waalidain adalah salahsatu contoh praktisi Pendidikan yang memaknai bahwa pencapaian dan prestasi itu tidaklah terbatas pada juara dan piala. Semua potensi anak-anak tergali dan disalurkan sesuai dengan “kebisaan” mereka. Anak-anak yang mempunyai “kebisaan” dalam matematika, sains, bahasa, seni dan olahraga senantiasa ikut serta dalam berbagai perlombaan. Tidak hanya di bidang akademik, pengasahan “kebisaan” anak-anak juga dilakukan dalam bidang public speaking. Anak-anak yang awalnya malu untuk berbicara di depan publik, dengan ketekunan dan kemauan keras akhirnya mereka mampu bahkan menggunakan bahasa asing. Rasa percaya diri juga merupakan pencapaian yang luar biasa dari seorang anak.
Hakikatnya semua anak itu berprestasi. Prestasi itu tidak selalu harus mendapat juara ataupun piala. Prestasi adalah pencapaian dari seorang anak terhadap suatu hal yang awalnya mereka tidak bisa menjadi bisa, dari bisa menjadi lebih bisa. Tetapi, poin pentingnya adalah bahwa tingkat “ bisa” dari setiap anak berbeda. Faktor pembedanya adalah kegigihan dan ketekunan dalam mengasah “kebisaan” tersebut. Ibarat pepatah “ bisa karena biasa”. Jangan pernah takut untuk mencoba dan jangan pernah ragu untuk melangkah, selama hal itu adalah tentang kebaikan. Semoga persepsi kita bisa berubah dalam memaknai sebuah pencapaian.
Waassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Bogor, 04 Desember 2020
Betul sekali apa yang sudah disampaikan oleh Ibu Mira,memang proses itulah yang terpenting dalam sebuah pembelajaran.Bagaimana siswa melawan rasa takut untuk mencoba hal baru,menghadapi public,menyampaikan gagasan dan hal-hal yang mungkin sebetulnya tidaklah mudah,namun semua bisa mencapai titik sukses ketika semuanya bisa terlewati dan itu semua butuh support yang kuat dari orang tua dan lingkungan, serta sekolah yang senantiasa bisa beradaptasi dengan keadaan yang sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman.
Betul sekali apa yang sudah disampaikan oleh Ibu Mira,memang proses itulah yang terpenting dalam sebuah pembelajaran.Bagaimana siswa melawan rasa takut untuk mencoba hal baru,menghadapi public,menyampaikan gagasan dan hal-hal yang mungkin sebetulnya tidaklah mudah,namun semua bisa mencapai titik sukses ketika semuanya bisa terlewati dan itu semua butuh support yang kuat dari orang tua dan lingkungan, serta sekolah yang senantiasa bisa beradaptasi dengan keadaan yang sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman.